Sejak runtuhnya Soviet sebagai “motor penggerak” Blok Timur di tahun 1991, praktis tidak ada satu bangsa pun yang berhasil menyaingi pencapaian negara pemenang Perang Dingin.

Negara barat, yang sering disematkan pada negara negara di Amerika Utara dan beberapa negara eropa, merupakan potret peradaban nomor satu saat ini. Meski muncul calon pesaing-pesaing baru seperti Tiongkok dan India, setidaknya hal itu yang masih diyakini dalam dua dekade terakhir.

Negara-negara Barat bagi sebagian orang adalah model kemajuan yang sering diagung-agungkan, mulai dari bidang ekonomi, sosiologi, kepemimpinan,  teknologi, sains, dan pendidikan. Nyaris dalam segala aspek kehidupan, masyarakat Eropa lebih unggul dari negeri kita yang notabene mayoritas muslim.

Di balik itu semua, ada satu peradaban yang berhasil menginspirasi mereka untuk bangkit, berkembang, dan maju. Dalam kesempatan kali ini, @komunitasliterasiislam akan membahas peran peradaban Islam dalam kebangkitan peradaban Barat. Selamat membaca.


Harus diakui, Eropa pada awal meshi masih diliputi dengan praktik-praktik pemerintahan teokrasi yang nyatanya kurang 'pro-rakyat'.

Kondisi ini dikenal dengan "Abad Kegelapan" ( Dark Ages ) yang berlangsung hingga abad ke-17. Raja-raja eropa menerapkan pajak dhalim, memeras rakyat, memerintah dengan tangan besi, hingga menolak kebenaran ilmiah.

Kondisinya jauh berbeda dengan peradaban yang jaraknya hanya "sejengkal" dari Eropa, yakni Khilafah Islam. Bila pada abad 8 M jalanan di Baghdad dan Cordoba sudah mulus berlapis aspal dan penuh penerangan, namun di Paris, London, dan Madrid masih becek dan gelap gulita.

Kebangkitan barat sebenarnya baru dimulai sekitar 3 abad yang lalu ketika terjadi Revolusi Prancis pada 1789 yang menggantikan kekuasaan monarki gereja menjadi kekuasaan kompromi parlementer.

Revolusi yang tak kalah pentingnya adalah Revoluasi Amerika pada 1776 dan "Glorious Revolution" di Inggris pada 1688 yang mengawali ide-ide tentang pembagian kekuasaan, kesetaraan, dan hak asasi.

Acemoglu (2014) menyebutkan "bahwa Revolusi Inggris tersebut memacu pertumbuhan institusi ekonomi yang 'membumi', yang masyarakat luas dapat berpatisipasi secara adil sehingga kemakmuran dapat dinikmati bersama.

Pajak ekstraktif mulai dihilangkan, feodalisme dimusnahkan, dan praktik monopoli di berantas. Pemerintahan revolusioner tersebut juga melahirkan iklim yang kondusif untuk mengembangkan eksperimen-eksperimen sains.

Inliah yang kemudiakn melahirkan Revolusi Industri di Inggris yang merembet ke negeri-negeri Barat dengan cepat.

Abad Kebangkitan Barat yang revolusioner itu disebut Renaissance.

Mereka mulai menerapkan pemerintahan trias politica yang membagi kekuasaan menjadi eksekutif, yudikatif, dan legislatif sehingga gereja dan raja tidak semena-mena.

Masyarakat Barat mulai menjunjung tinggi budaya ilmiah. Berubah total dari masyarakat yang divine-driven menjadi masyarakat sekuler pembelajar yang penuh dengan percobaan sains yang dinamis.

Banyak pemikir, filosof, dan ilmuwan Barat lahir di abad ini. Kebangkitan barat menjadi tak terbendung ketika khilafah Islam untuk menjadi pertama kalinya benar-benar dimusnahkan pada awal abad 21.

Ide-ide revolusioner buah dari pemikir dan filosof Renaissance Eropa tidak akan lahir bila tanpa inspirasi dari ilmuwan-ilmuwan kekhilafahan Islam. Ibnu Tufail, Ibnu khaldun, Ibnu al Haytsam, dan Al-Mawardi adalah sedikit dari banyak ilmuwan dan pemikir Islam yang berperan dalam perumusan ide-ide revolusioner tentang pemerintahan dan budaya ilmiah di Eropa.

Ide awal mengenai kesetaraan dalam berwarga-negara dicetuskan oleh filosof Inggris, John Locke (1632-1704) sang peletak dasar ide Enlightenment. Dalam karyanya "An Essay Concerning Human Understanding", Locke mengemukakan konsep tabula rasa, yakni bahwa manusia pada dasarnya adalah dalam keadaan 'kosong' yang kemudian akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

Konsep ini diambil dari filosof muslim Ibnu Tufail dari bukunya " Hayy bin Yaqdzon " yang terinspirasi oleh hadits Nabi, bahwa " tidak ada bayi lahir kecuali dalam keadaan fitrah" (yang berlawanan dengan konsep gereja bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang berdosa).

Ide ini kemudian mempelopori konsep bahwa manusia tidak boleh dikekang oleh pemerintahan keji dan opresif. Pada akhirnya dari sini muncullah konsep kontrak sosial yang juga prinsip dalam demokrasi.

Seorang historian dan sosiologis Islam yang hebat, Ibnu juga menginspirasi Locke. Di dalam bukunya yang terkenal, Muqaddimah, dia menyatakan,

"Hal yang menyertai pemerintahan yang baik adalah kebaikan dan perlindungan kepentingan rakyat. Arti sejati dari otoritas kerajaan akan disadari jika pemerintah melindungi kepentingan mereka,"

Di sini Ibnu Khaldun mencetuskan salah satu ide utama adalah gerakan Enlightenment, 300 tahun sebelum Locke mengenalkan argumen yang sama, bahwa pemerintah harus melindungi, bukan menyalahi hak warganya.

Deklarasi kemerdekaan Amerika rintisan Thomas Jefferson pada 1776 juga mengambil semangat yang sama.

Isaac Newton banyak dipengaruhi oleh Ibnu Al-Haytham, saintis Muslim yang memprakarsai metode ilmiah, optika dan hukum gerak benda.

Di Eropa, Ibnu Al-Haytham telah dikenal luas, baik ide-ide filosof maupun sainsnya. Isaac Newton meminjam dari Ibnu Al-Haytham tentang ide bahwa ada hukum-hukum alam yang berlaku di alam semesta.

Pada eranya di Eropa, raja mempunyai kekuasaan absolut dan tidak membagi kontrol negara pada siapapun.

Secara historis, dunia Islam tidak pernah menjalankan sistem tersebut. Meskipun Khalifah pada era Umayyah dan Abbasiyah menggenggam kekuasaan yang besar, tetapi masih terdapat konsep mengenai syura', yang merupakan dewan yang bekerja untuk menasehati khalifah.

Pemerintahan Islam juga mengenal wazir (setara menteri) yang turut membantu pemerintahan yang berada dibawah pengawasan Khalifah. Kemudian ada para qadhi (hakim), yang membentuk sistem legal berbasis hukum Islam yang tidak terikat oleh khalifah.

Desain pemerintahan yang terbaik ini tertuan dalam " Al-Ahkam As-Sulthaniyyah", yang dituliskan pada awal tahun 1000an oleh Imam Al-Mawardi.

Di kitab tersebut, Al-Mawardi menjelaskan bagaimana khalifah dan pejabat lainnya memainkan perannya dalam bidangnya masing-masing, yang semuanya harus tetap dalam kerangka Islam.

Inilah yang kemudian menginspirasi para filosof Eropa dalam mencetuskan pembagian kekuasan seperti Montesquieu.

Satu kontribusi yang tidak kalah penting adalah hadirnya kopi di tengah-tengah masyarakat eropa. Masuk pada tahun 1600-an, awalnya ada resistensi dari kalangan Paus untuk menolak "minuman muslim" ini.

Namun perlahan kebijakan gereja bisa dipelintir, kopi "dihalalkan" dan rumah-rumah kopi berkembang pesat di dataran eropa. Kopi mengambil hati masyarakat eropa dan mengganti beer dan wine (sebagai minuman asli Eropa) hingga mengubah kebiasaan mabuk warga eropa.

Begitu revolusioner, kopi kemudian menjadi alasan dari diskusi-diskusi serius di kalangan pemikir-pemikir eropa yang juga mendukung lahirnya budaya intelektual di Eropa.

Begitulah peradaban Islam yang punya andil besar dalam kebangkitan Eropa. Abad Pertengahan, selain disebut sebagai "Islamic Golden Age", pantas juga disebut sebagai abad transfer budaya dan ilmu dari Timur ke Barat.

Philip K. Hitti dalam karya fenomenalnya "History of Arab" menyebutkan bahwa,

"Tidak ada satu pun bangsa pada Abad Pertengahan yang memberikan kontribusi terhadap kemajuan manusia sebesar kontribusi yang diberikan oleh orang Arab dan orang-orang yang berbahasa Arab (dunia Islam)"

Wallahu a'lam.

Penulis : Muhammad Fatkhurrozi
Visualis : Muhammad Afifuddin Al Fakkar

Sumber

Acemoglu, Daron dan Robinson, J.A. 2014. Mengapa Negara Gagal. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.

Hitti, Philip K. (1937). History of Arabs : From The Earliest Time to Present. Terjemahan. Edisi revisi kesepuluh (2002). Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Mahbubani, Kishore. 2001. Asia Hemisfer Baru Dunia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

http://www.fahmiamhar.com/2012/10/belajar-mencintai-bangsa-dan-tanah-air.html

http://www.fahmiamhar.com/2009/02/islamic-physicists-surpass-their-era-translate-english-by-rizkisaputro.html

http://lostislamichistory.com/how-muslim-helped-cause-the-american-revolution/

View this post on Instagram

[BAGAIMANA KHILAFAH MENGINSPIRASI BANGKITNYA PERADABAN BARAT?] . Sejak runtuhnya Soviet sebagai “motor penggerak” Blok Timur di tahun 1991, praktis tidak ada satu bangsa pun yang berhasil menyaingi pencapaian negara pemenang Perang Dingin. Negara barat, yang sering disematkan pada negara-negara di Amerika Utara dan beberapa negara eropa, merupakan potret peradaban nomor satu saat ini. Meski muncul calon pesaing-pesaing baru seperti Tiongkok dan India, setidaknya hal itu yang masih diyakini dalam dua dekade terakhir. . Negara-negara Barat bagi sebagian orang adalah model kemajuan yang sering diagung-agungkan, mulai dari bidang ekonomi, sosiologi, kepemimpinan, teknologi, sains, dan pendidikan. Nyaris dalam segala aspek kehidupan, masyarakat Eropa lebih unggul dari negeri kita yang notabene mayoritas muslim. . Di balik itu semua, ada satu peradaban yang berhasil menginspirasi mereka untuk bangkit, berkembang, dan maju. Dalam kesempatan kali ini, @komunitasliterasiislam akan membahas peran peradaban Islam dalam kebangkitan peradaban Barat. Selamat membaca ___ Jika artikel ini bermanfaat, ajak temanmu untuk membaca artikel @komunitasliterasiislam ___ Follow @komunitasliterasiislam Follow @komunitasliterasiislam ___ Raih amal shalih dengan like dan share update berita @komunitasliterasiislam #komunitasliterasiislam #literasi #islam #buku #politik #ekonomi #history #quotes #quotesislam #quotesislami #news #jakarta #sekulerisme #liberalisme #capitalism #kapitalisme #sosialisme #renaissance #newton #demokrasi #triaspolitica #daulah #khilafah #indonesia #1924 #islamrahmatanlilalamin #yukngaji #hijrah #shift

A post shared by Komunitas Literasi Islam (@komunitasliterasiislam) on