Bagaimana Cara Masyarakat Ottoman Melawan Wabah?
Berita

Bagaimana Cara Masyarakat Ottoman Melawan Wabah?

Banyaknya wabah terkenal yang ada di Eropa dan mempunyai dampak yang besar kepada lingkungan masyarakat, ekonomi dan politik, Varlik ialah seseorang yang sangat ahli meneliti bagaimana dampak Black Death pada dunia Ottoman.

TRT World mewawancarai Nukhet Varlik seorang penulis buku 'Plague and Empire in the Early Modern Mediterranean World: The Ottoman Experience,  1347–1600'

Nukhet Varlik mempelajari dampak dari Black Death yang juga terkenal sebagai wabah pada awal-awal masyarakat utsmaniyyah (Ottoman).

Banyaknya wabah terkenal yang ada di Eropa dan mempunyai dampak yang besar kepada lingkungan masyarakat, ekonomi dan politik, Varlik ialah seseorang yang sangat ahli meneliti bagaimana dampak Black Death pada dunia Ottoman.

Varlik ialah seorang Associate Professor di Department of History Rutgers University, Newark dan dilansir oleh TRT World yang bisa kontak langsung dengan beliau yang saat ini sedang karantina-mandiri dikarenakan wabah coronavirus yang sedang terjadi.

Bagaimana dampak wabah pada negara Ottoman, secara politik dan sosial?

Pertama-tama, izinkan saya mencatat bahwa ada wabah-wabah berulang sepanjang sejarah Ottoman dan seterusnya, dimuali dengan pandemi Black Death pada tahun 1347 dan berlangsung sampai 1947 di Turki modern — total 600 tahunan. Oleh karena itu, rangkaian wabah ini jelas memiliki dampak pada negara Ottoman, terutama di bidang kesehatan masyarakat.

Dimulai pada awal abad ke-16, kita dapat melihat bahwa pemerintah pusat Ottoman mulai mengembangkan peraturan baru untuk penguburan korban wabah di Istanbul dan kota lainnya, ketika wabah kematian menjolak.

Mereka membuat kuburan massal di luar tembok kota, mencatat berapa jumlah korban setiap harinya, dan menyediakan layanan untuk pemakaman.

Selain itu, mereka berusaha untuk tetap membuat jalanan kota bersih (membuang sampah) dan mengaspal, dan melarang bisnis pengulitan dan pemotongan hewan diluar tembok kota, karena mereka yakin itu bisa mencemarkan udara.

Negara juga meringankan pajak kepada individu dan masyarakat yang terkena wabah dan mempromosikan pengembangan layanan kesehatan. Lembaga-lembaga dan praktik ini terus berkembang pada abad ke-16 hingga berlanjut hingga periode modernisasi pada abad ke-19.

Apakah pernah ada penutupan masjid atau shalat Jum'at dihentikan?

Saya tidak ingat menemukan referensi untuk fenomena ini di sumber-sumber. Sebaliknya, kita melihat ada beberapa contoh doa berjamaah yang diselenggarakan agar wabah cepat berakhir.

Salah satu contoh yang terkenal ialah ketika pada masa pemerintahan Mehmed III (1595–1603), di mana para pejabat tinggi negara, orang beragama, anggota kelompok Sufi, dan orang-orang Istanbul berkumpul di Okmeydani untuk berdoa agar pencabutan wabah itu; binatang dikurbankan dan dibagikan kepada yang membutuhkan sebagai sedekah; para tahanan dibebaskan dengan harapan bahwa Tuhan akan menerima dan menanggapi doa.

Ini jelas kebalikan dari pemahaman kita saat ini tentang social-distancing, kan? Tetapi mengapa mereka melakukan ini? Ya, dikarenakan bakteriologi modern dan adanya gagasan bahwa ini merupakan penyakit menular yang disebabkan pada kuman yang tak terlihat dan tidak berkembang hingga akhir abad ke-19, yakni menjelang akhir periode kekhalifahan.

Sebelum waktu itu, kebanyakan teori penyakit disebabkan oleh penyakit epidemi dengan racun, yaitu, bau busuk yang diyakini mencemari udara dan membuat orang sakit.

Meskipun gagasan penyakit penularan (yang penyakit itu dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain, langsung atau tidak langsung) sudah diketahui dan disuarakan oleh beberapa orang, namun ini tidak memotivasi keseluruhan orang untuk mempraktikkan social distancing melainkan membuat mereka untuk meninggalkan kota ke tempat-tempat yang bersih, dan udara yang sehat (tapi ini hanya dilakukan oleh para elit)

Apa yang dipikirkan oleh masyarakat Ottoman tentang wabah ini dan bagaimana cara mereka beradaptasi?

Cara masyarakat Ottoman berpikir tentang wabah berubah seiring waktu. Secara umum, pada abad-abad pertama sejarah Ottoman, wabah dipahami sebagai adzab, pertanda kiamat, dan akibat dari pelanggaran sosial dan moral.

Mulai dari abad ke 16, wabah tidak dilihat lagi sebagai fenomena musibah yang tidak terkendali.

Alih alih, penyakit ini dilihat sebagai penyakit yang disebabkan oleh penyebab alami (contohnya: kota yang tak sehat), dan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh negara.

Sejak wabah wabah terus berlanjut di Kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyyah) selama enam abad, masyarakat menjadi lebih terbiasa dengan penyakit-penyakit yang hampir datang musiman, dan mencari cara untuk melindungi diri dari itu, menggunakan obat-obatan, doa, jimat, dan metode lainnya.

Pada abad ke-19, negara Utsmaniyah mendirikan stasiun karantina untuk tujuan mengendalikan dan menyembuhkan individu dan barang-barang yang memasuki perbatasan.

Bagaimana Anda membandingkan reaksi sosial, dan bahkan politis, hari ini terhadap virus corona dengan reaksi orang-orang di kekhalifahan Ottoman (Utsmaniyyah) ketika dihadapkan oleh wabah?

Ada banyak persamaan dalam hal psikologi sosial, tetapi wabah adalah masalah yang berulang di Kekhalifahan Ottoman dan masyarakat mulai akrab dengan tanda-tanda, gejala, dan perilakunya (ketika wabah datang, berapa lama mereka akan bertahan, berapa banyak yang akan mati, dll.).

Apa yang kita hadapi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam banyak hal, sehingga membutuhkan respons yang luar biasa.

Mari kita ingat bahwa tidak ada seorang pun di dunia yang kebal terhadap Covid-19 dan sudah menyebar dengan sangat cepat. Akibatnya, tentu saja ada ketakutan dan kecemasan yang meluas.

Tetapi bagi sebagian orang ini berarti penolakan; mereka akan menyangkal ancaman yang akan terjadi tidak peduli apa dan akan menolak mematuhi tindakan pencegahan.

Saat ini obat/vaksin belum ditemukan dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk membantu memperlambat penyebaran virus. Ini bukan hanya sesuatu yang hanya bergantung pada otoritas negara atau lembaga medis, tetapi individu juga harus tinggal di rumah dan mempraktikkan social-distancing.

Geçmiş Olsun ve ellerine sağlık (Get well soon and health to your hands).

How did Ottoman society deal with the plague?
TRT World speaks to Nukhet Varlik who wrote the book, ‘Plague and Empire in the Early Modern Mediterranean World: The Ottoman Experience, 1347–1600’.
Diterjemahkan dari : TRTWorld

Share Tweet Send
0 Comments
Loading...