Sudah sangat masyhur, kita mengenal Yahudi dan mengaitkannya sebagai sumber segala kerusakan. Bahkan Ulama mengatakan bahwa sebagaimana Iblis adalah rajanya jin kafir, maka yahudi adalah rajanya orang-orang kafir.
Banyak sekali Al Qur'an menggambarkan sifat mereka dalam lembar agungnya. Naasnya, gambaran itu adalah tentang keburukan mereka, dan tak ada sama sekali kebaikannya.
Bayangkan, jika Al Qur'an saja sudah mengingatkan kita tentang sifat dan tabiat buruk mereka, bagaimana bisa kita tenang dan merasa damai ketika yahudi melakukan penistaan terhadap masjid Al-Aqsha kita.
Bahasa sederhananya, kaum paling buruk di muka bumi ini sedang menjajah salah satu tanah paling baik di bumi ini. Kamu tahu apa artinya?
Ya. Bencana besar. Sangat besar.
Memangnya, Apa yang Yahudi Pikirkan tentang Palestina?
David ben Gurion, presiden pertama negeri penjajah israel telah menjawab,
"Tidak akan ada maknanya Palestina tanpa Yerusalem. Tidak akan ada maknanya Yerusalem tanpa Haikal Sulaiman!" "Batas negara kita", lanjutnya, "adalah akhir jejak kaki kita melangkah."
Jadi, sampai kini, satu-satunya 'negara' di dunia ini yang tidak memiliki batas teritorial yang jelas adalah israel. Mereka seakan bebas melakukan apa saja tanpa merasa bersalah.
Sebab dalam doktrin mereka, yahudi adalah bangsa pilihan tuhan. Yang lain hanya penumpang. "Telah diajarkan dalam buku-buku pelajaran sekolah yahudi", kata salah seorang pendeta zionis,
"bahwa tujan utama berdirinya Israel adalah untuk mendirikan kerajaan israel raya yang berdiri di atas reruntuhan negara-negara Arab dan Dunia Islam. Ini tergambar jelas dalam dua garis biru yang terpampang di bendera israel kini, yang bermakna; penguasaan total atas seluruh tanah antara sungai Eufrat sampai sungai Nil."
Sungai Eufrat melewati Irak, Suriah dan Turki. Sementara sungai Nil melewati Mesir, Sudan dan 5 negara lainnya.
Theodore Hertzl, tokoh pencetus zionisme berkata, "batas utara dari negara israel adalah sebuah gunung di daerah Turki. Dan batas selatan kita adalah terusan suez. Simbol kita adalah David dan Solomon."
Bahkan dalam beberapa perusakan dan pembantaian Muslimin di Palestina, berkata Moshe Dayan panglima zionis saat memasuki gerbang masjid Al-Aqsha tahun 1967,
"Dari Yerusalem kita akan berangkat menuju Madinah! Hari ini telah terbuka jalan besar menuju Babil dan Madinah!"
Di saat yang sama, David ben Gurion berkata saat perusakan Masjid Al-Aqsha tahun 1967,
"Inilah hari teragung sejak aku sampai di tanah israel. Kini telah kurebut ibukota Yerusalem yang suci."
Semua perkataan mereka dan pemikiran kolonialisme ini dikandung dalam buku Al Aqidah wa Al Aqliyah At Tawassuiyah lil Yahud karya Syaikh Ali Muhammad Muqbil.